JAKARTA, Clickindonesiainfo.id - Pertemuan dengan Prabowo Subianto di Jakarta Selatan, Jumat (7/6/2024), juga dimanfaatkan Khofifah Indar Parawansa untuk berdiskusi dan menyampaikan gagasan terkait maksimalisasi peran Indonesia dalam perdamaian dunia. Khususnya menyikapi perang di Gaza Palestina.
Saat diskusi dengan Menteri Pertahanan RI yang juga Presiden RI terpilih terpilih tersebut, Khofifah menyampaikan gagasan sekaligus kesiapan pesantren Jawa Timur untuk menampung anak-anak dan wanita korban perang dari Palestina.
Hal itu disampaikan Khofifah sebagai gayung bersambut dari statemen Prabowo yang disampaikan dalam konferensi pertahanan dan keamanan, Shangri-La Dialogue, di Singapura beberapa waktu yang lalu. Dimana dalam penyataannya, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia siap mengevakuasi 1.000 warga Gaza.
“Saya diskusi dengan ibu Khofifah dan beliau tertarik dengan sambutan saya di Shangri-La Dialogue yang lalu di mana Indonesia tegas pada pendiriannya dalam penyelesaian konflik di Ukraina harus melalui gencatan senjata dan negosiasi. Begitu juga dengan penyelesaikan konflik Gaza,” kata Prabowo.
“Indonesia tegas mendukung kemerdekaan rakyat Palestina, mendukung dua negara tersebut untuk segera melakukan gencatan senjata dan segera menghadapi bencana kemanusiaan yang luar biasa, penderitaan rakyat Gaza Palestina luar biasa,” imbuh Prabowo.
Hal tersebut sudah dilaporkan Prabowo ke Presiden RI Joko Widodo dan ditegaskan Prabowo bahwa Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian dalam jumlah kekuatan yang signifikan serta siap mengirim rumah sakit lapangan untuk beroperasi di daerah Gaza.
“Berkaitan dengan itu ibu Khofifah menyampaikan inisiatif dan gagasan beliau karena sudah dengar inisiasi Indonesia untuk mengevakuasi 1000 korban, pasien yang luka luka, beliau menyampaikan gagasan dan menawarkan bahwa Jawa Timur siap menerima 1000 anak-anak Palestina dan mungkin juga beberapa ibu-ibu yang mengalami trauma untuk sementara dididik dan dirawat di pesantren-pesantren di Jawa timur,” ucap Khofifah.
Gagasan Khofifah juga sempat didiskusikan Prabowo dengan sejumlah tokoh agama dari Jawa Barat dan mereka turut menyambut baik dan ikut menyatakan kesiapan pesantren di Jawa Barat untuk turut menerima anak-anak maupun ibu-ibu korban perang di Gaza Palestina.
“Saya sudah sampaikan ke Bu Khofifah bahwa ini akan saya laporkan ke bapak Presiden dan ini saya juga akan bawa, karena saya juga dapat tugas dari presiden untuk mewakili Indonesia dalam KTT Gaza yang akan diselenggarakan 11 Juni di Yordania. Kesiapan rakyat Indonesia untuk ikut serta dalam membantu rakyat Palestina akan kami sampaikan di acara itu,” tegasnya.
Di KTT tersebut dikatakan Prabowo menjadi kesempatan strategis untuk berkoordinasi dengan Sekjen PBB dan juga negara-negara lain untuk mewujudkan apa yang menjadi inisiasi dan juga gagasan dari Indonesia.
Terkait hal tersebut, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan bahwa gagasan itu tidak tercetus tanpa ada pengalaman dan best practice. Pasalnya melalui organisasi yang dipimpinnya yaitu Muslimat NU, pihaknya memiliki pengalaman untuk menangani anak-anak pekerja migran yang tidak bisa mendapatkan pendidikan formal di Malaysia.
“Terkait ikhtiar untuk bisa mendapatkan kesempatan mendidik putra-putri dari Palestina, sesungguhnya kami ingin melaporkan bahwa selama ini Muslimat NU memiliki learning center terbesar di Malaysia, karena anak-anak pekerja migran di Malaysia tidak dimungkinkan untuk mengikuti pendidikan resmi di sana, maka Anak-anak pekerja migran dari Malaysia itu antara lain dikirim ke Jawa Timur,” ucap Khofifah.
“Dan itu sudah berjalan selama ini kami sudah memiliki pengalaman bagaimana mendidik putra putri kita terutama dari pekerja migran Indonesia yang ada di Malaysia,” imbuh Khofifah.
Oleh sebab itu, Ketika mendengarkan pernyataan Prabowo bahwa Indonesia siap mengevakuasi 1000 warga Palestina, maka format yang diterapkan pada anak-anak pekerja migran Malaysia yang dididik melalui pesantren di Jawa Timur sangat memungkinkan untuk diterapkan serupa dalam menangani korban perang di Gaza Palestina.
“Kami matur bahwa pesantren-pesantren di Jawa Timur siap untuk menerima kehadiran mereka dengan proses proses yang kita akan bangun dan komunikasikan berikutnya. Misalnya apakah yang ditampung adalah mereka anak-anak yang yatim, atau yatim piatu, dan seterusnya. Yang jelas bahwa penanganannya akan berbasis pesantren,” terang Khofifah.
Khofifah menjelaskan bahwa memberikan pendidikan untuk anak-anak Palestina di pesantren-pesantren di Jatim sangat memungkinkan. Terutama karena anak-anak dari Palestina menggunakan bahas Arab yang tentu sudah dalam posisi seiring dengan lingkungan pesantren yang ada di Jatim.
“Insya Allah kita bisa memberikan bantuan dari kekuatan apa yang kita miliki dan membantu meringankan beban mereka sebagai korban perang yang menyebabkan bencana kemanusian yang luar biasa di Palestina,” pungkas Khofifah.
(Jack)