Jacob Ereste :
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, sajian dan tata komunikasi timbal balik antara pembaca, pemirsa maupun kontributor media online dalam bentuk apapun, Atlantika Institut Nusantara bekerjasama dengan Komunitas Jurnalis Indonesia Bersatu melakukan kajian untuk pengembangan media online berbasis internet pada Maret - April 2024. Hasil dari kajian pengembangan pengelolaan media online ini telah mulai didiskusikan pada hari Minggu, 5 Mei 2024 di Sekretariat Atlantika Institut Nusantara, Tangerang hingga sehari suntuk dengan menginventarisir beragam masalah yang bisa muncul kemudian dengan mencatat tawaran solusi dari peserta diskusi yang dianggap relevan dan dapat direkomendasikan atau bahkan bisa menjadi pilihan alternatif unggulan.
Dari kajian acak sekitar 3.000 media online yang ada, dapat dipastikan belum banyak yang mandiri untuk mengelola organisasi media online dalam arti yang sehat, mampu untuk membiayai operasional media yang bersangkutan serta belum bisa memenuhi biaya personal para pengelola media yang bersangkutan. Karena yang terjadi adalah ada semacam subsidi silang dari usaha lain untuk menghidupi media sosial yang cukup potensial untuk dikembangkan secara maksimal untuk masa depan serta lahan pekerjaan baru yang bisa ikut menyerap angkatan kerja.
Memaksimalkan fungsi media sosial berbasis internet, sungguh merupakan upaya penerobos guna meningkatkan kualitas sajian, partisipasi aktif masyarakat untuk melakukan kontrol sosial serta usaha untuk membuka lapangan pekerjaan yang baru dengan cara mempersiapkan pengelola menajemen semacam suatu perusahaan yang sehat, dan tata kelola redaksional yang lebih baik guna mengatasi dan menghadapi tata kelola media online yang profesional yang bisa bersaing secara sehat dalam era teknologi digital yang serba cepat dan tepat menyasar audien dan konstituen yang mengidolakannya.
Media sosial berbasis internet bisa memulai secara bersama untuk memberi pelayanan dan penyajian yang terbaik, bermutu dan bisa dipastikan akan menjadi keperluan untuk diketahui oleh orang banyak. Hanya dengan semangat penyajian kualitas tulisan -- atau laporan seperti itulah -- minimal usaha untuk menekan hoax dapat sekaligus dilakukan bersama masyarakat yang semakin gandrung pada media sosial di Indonesia.
Media online dalam bentuk dan model apapun, agaknya mulai bisa melakukan seleksi ketat terhadap peserta aktif maupun yang tidak aktif sebagai anggota atau partisipan untuk mulai dikenakan persyaratan ikut membiayai operasional dan administrasi minimal Rp 100.000 per bulan. Tentu saja pelayanan untuk memperoleh berita, informasi bahkan yang ingin ikut dipublikasikan patut mendapat perhatian khusus dari pihak pengelola media sosial. Sebab hanya dengan begitu, sikap serius untuk setiap orang menghargai keberadaan media sosial sudah perlu dimulai. Sehingga media sosial dapat memberi manfaat yang maksimal dan menekan perilaku buruk -- hoax, hasut, informasi yang tidak akurat atau bahkan tidak mendidik -- bisa mulai dibersihkan secara bersama. Demikian juga untuk mereka yang tidak serius dan tidak menghargai informasi, publikasi maupun untuk dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi dengan banyak pihak -- perlu dibangun dengan hasrat dan semangat kebersamaan.
Karena itu, untuk mereka yang masih ogah-ogan ikut berkonstribusi dalam upaya pengembangan media sosial yang lebih sehat -- bermarwah dan bermartabat -- perlu dibenahi dan dibersihkan. Toh, apa artinya mereka yang cuma panggah menjadi peserta dari media sosial -- apapun bentuknya -- bila tidak mau berbagi samasekali dengan kita dan warga masyarakat media online yang lain.
Hasil diskusi yang diselenggarakan Atlantika Institut Nusantara bersama Komunitas Jurnalis Indonesia bersatu di Tangerang, Banten pada 5 Mei 2024 ini, perlu diuji coba untuk kemajuan media online yang lebih baik, lebih sehat dan lebih bermartabat. Realitasnya, media online selama ini masih dilihat sebelah mata oleh berbagai pihak. Padahal sesungguhnya untuk lebih memperluas publikasi, komunikasi dan informasi, media sosial boleh saja diuji keunggulannnya.
Jadi keunggulan media sosial yang belum sebanding dengan keunggulan kesejahteraan pengelolanya perlu dikaji dan ditata ulang. Sebab keunggulan media sosial harus dapat dikelola secara profesional. Sehingga dapat menjadi profesi bidang pekerjaan yang mampu ikut membuat lapangan pekerjaan baru untuk mengatasi angkatan kerja yang tidak mampu ditempatkan oleh pemerintah. Dan beragam keunggulan dari media sosial ini, dapat dijadikan nilai tambah yang tidak dimiliki dan tidak dapat diwujudkan dengan mudah oleh media massa dalam bentuk atau model yang lain.(Jack)