Iklan VIP

Redaksi
Rabu, 08 Mei 2024, 08:41 WIB
Last Updated 2024-05-08T01:42:10Z

Kecerdasan Spiritual Mampu Membaca dan Mendengar Serta Melihat Dengan Mata Hati (Bathin)


Jacob Ereste :

Satu diantara sejumlah cara untuk mengasah kecerdasan spiritual itu adalah dengan cara melatih diri untuk semakin banyak mendengar, baru kemudian banyak melihat, mencium berbagai aroma dan merasakan elusan angin yang sepoi. Karena itu semua harus dimulai dari diri sendiri. 

Seperti upaya untuk lebih jelas mendengar, dapat dimulai dari bisikan hati nurani  sendiri untuk kemudian bisikan itu didiskusikan  dengan akal sehat dan jernih supaya dapat memberi pertimbangan agar bisa segera memutuskan sikap guna  menentukan langkah yang paling bijak harus ditempuh untuk mewujudkan apa yang diinginkan guna memenuhi kebutuhan batiniah maupun kebutuhan yang bersifat lahiriyah.

Upaya untuk lebih banyak melihat -- utamanya dengan mata hati -- ialah bagian dari tahapan usaha berikutnya guna memperluas wawasan, cakrawala pandang --untuk mempertimbangkan -- proses pencercapan dari beragam rasa, pahit dan getir tatkala menikmati manisnya hidup dan kehidupan ini dalam berbagai bentul dan segi.

Penciuman yang tajam, dapat digosok bersama naluri hingga lebih  kinclong -- tajam dan akurat membelah rahasia ghaib yang terbungkus misteri, sehingga tak banyak diketahui orang awam. Ketajaman naluri pun dapat diasah melalui percercapan lidah,  sensitivitas dari sentuhan langsung desir angin terhadap kulit, nyanyian ombak yang merdu. Karena itu untuk melatih konsentrasi pikiran -- yang fokus -- sering dilakukan dihadapan deburan ombak yang berarak dari samudra yang luas, seperti tak bertepi.

Dalam Islam, konsentrasi yang penuh dan padat itu dapat dengan mudah dilakukan bagi mereka yang tekun dan khusuk menunaikan ibadah lima waktu. Lantaran sholat itu -- bagi mereka yang telah mencapai tingkatan tertentu -- adalah pertemuan dan dialog bersama Tuhan, Allah SWT sebagai pemilik dunia dan seisinya.

Sikap untuk lebih banyak mendengar itu bisa dimaknai agar bisa lebih banyak menahan diri untuk tidak banyak berbicara. Sebab dengan begitu energi untuk lebih banyak merenung -- berpikir -- untuk dapat mendiskusikan segala sesuatunya dengan segenap kecerdasan intelektual serta kecerdasan spiritual dapat berlangsung dan menghasilkan kesimpulan final yang genuin dan komprehensif.

Begitulah intinya perintah membaca seperti yang diisyaratkan Al Qur'an -- Iqro bismirab bikallazi kholag dan seterusnya itu -- dalam pengertian membaca banyak hal yang tidak tertulis. Lantas mendengar suara yang tidak terdengar, serta melihat banyak hal yang tidak tampak wujudnya.  

Seperti sifat pengasih serta penyayang dari Allah SWT yang tiada terkira banyaknya untuk alam dan  manusia sebagai khalifah di muka bumi. Semua itu diwujudkan Tuhan dalam  bentuk nyawa (ruh) yang lengkap dengan segenap organ tubuh yang unik dan ghaib, seperti rasa gembira dan sedih yang penuh misteri.(Jack)