Jacob Ereste :
Pengakuan Negara Spanyol, Irlandia dan Norwegia terhadap Palestina merupakan kemajuan dari kesadaran kemanusiaan yang patut diapresiasi oleh dunia Internasional seperti release yang mengungkap secara meluas pada hari Selasa, 28 Mei 2024. Tujuan yang patut dipuji dari ketiga negara Eropa ini sungguh mulia dengan mengakui keberadaan negara Palestina agar dapat diikuti oleh negara-negara lain di dunia.
Sikap Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang terkesan jeles dan sinis berkomentar, disampaikan dari Gedung Putih pada hari Rabu, 22 Mei 2024 sesuai ketiga negara Eropa tersebut menyatakan kesiapan mengakui kemerdekaan Palestina. Reaksi Washington ini menandai kekecewaan Amerika Serikat terhadap Spanyol, Norwegia dan Irlandia itu.
Jake Sullivan, Penasehat Gedung Putih menyatakan setiap negara dapat membuat keputusan sendiri mengenai pengakuan negara Palestina. Namun menurut Joe Biden, negosiasi langsung oleh para pihak adalah cara yang terbaik. Bahkan dia percaya bahwa solusi dua negara yang menjamin keamanan Israel dan juga masa depan martabat serta keamanan bagi rakyat Palestina adalah cara yang terbaik untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas jangka panjang bagi semua orang di kawasan, kata Jake Sullivan.
Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris mengungkapkan dirinya sudah membicarakan dengan sejumlah pemimpin dari negara sahabat, terkait pengakuan terhadap Palestina ini. Seusai pernyataan bersama ketika negara Eropa itu, dia yakin negara-negara lain akan mendukung dan ikut membuat pernyataan serupa, kata Simon Harris, Rabu 22 Mei 2024. Dan Dewan Menteri Spanyol telah sepakat serta mengumumkan sikap pengakuannya terhadap Palestina secara resmi pada 28 Mei 2024.
Padahal, Norwegia adalah sekutu paling dekat dengan Amerika Serikat. Mereka juga telah beberapa kali berupaya menengahi perdamaian antara Israel dengan Palestina dalam beberapa waktu terakhir. Artinya, Amerika Serikat yang paling terdepan membela dan melindungi Israel mulai kehilangan pamor dan ditinggal oleh pendukungnya yang juga berhasrat menangguk banyak keuntungan politik maupun ekonomi dengan menjual senjata dan peralatan serta perlengkapan perang.
Jadi jelas pengakuan sejumlah negara seperti sejumlah negara di Timur Tengah, Afrika, Asia termasuk Indonesia patut menekan Amerika Serikat untuk berpikir ulang, utamanya mengenai masalah hak asasi manusia yang makin terbuka sekedar bungkus dari keserakahan dan ambisi kekuasaan semata. Sedangkan Israel yang memang terkenal keangkuhan dan keras kepalanya itu wajar saja menjadi marah. Israel Katz selaku Menteri Luar Negeri Israel yang berjuluk agresor ini menyebut sikap Spanyol, Norwegia dan Islandia itu sebagai hadiah bagi Hamas yang telah menyulut kemarahan mereka karena telah diserang pada 7 Oktober 2023. Atas dasar inilah, ungkap Israel Katz yang menjadi dasar mereka hendak melumatkan Gaza seperti tindakan yang brutal hingga menewaskan tidak kurang dari 35 ribu orang dengan rincian mayoritas kaum wanita dan anak-anak secara keji dan sadis.
Meski begitu, Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa Barat telah berjanji akan mengakui Palestina, setelah status Yerusalem dan sengketa perbatasan antara Palestina dengan Israel diselesaikan. Artinya, untuk sementara waktu, peperangan dan keberingasan Israel masih tetap mereka tolerir untuk menutupi kerakusan mereka menangguk keuntungan politik maupun keuntungan ekonomi dari tetesan darah di Palestina.
Sungguh keji dan sungguh biadab !
Jakarta, 28 Mei 2024