Jacob Ereste :
Forum Indonesia Damai yang terdiri dari tokoh agama-agama bersama Pemimpin Spiritual Nusantara mengadakan acara halal bi halal yang telah menjadi budaya umat Islam di Indonesia di Katedral Jakarta, Sabtu, 4 Mei 2024.
Tampak hadir diantaranya Sohibul hajat, Kardinal Ignatius Suharyo, Pemimpin Spiritual Nusantara Sri Eko Sriyanto Galgendu, Romo Antonius Suyadi, dari Komisi HAAK KAJ, Pendeta Gomar Gultom Ketua PGI, Budi S. Tanuwibowo, Ketua Matakin, Engkus Ruswana Ketua MLKI, Wisnu Bawa Tenaya PH. PHDI, Drs.Piandi Ketua Permabudhi, Azisoko FPID.
Tradisi halal-halan ini, kata KH. Marsudi Syuhud bermula dari gagasan Presiden Soekarno yang mendapat ide serta anjuran dari KH. Wahab Hasbullah. Jadi intinya acara hal bi hakal untuk dapat menyatukan pendapat yang berbeda-beda dari sejumlah tokoh agama Islam yang menegang ketika itu. Sebab dengan acara halal bI halal mampu mencairkan komunikasi sesama tokoh dengan diawali dari Istana Negara Jakarta, ungkap KH. Marsudi Syuhud lalu diteruskan oleh Gubernur dan Bupati di seluruh Indonesia.
Tradisi halal bI halal yang telah menjadi budaya di Indonesia ini memang hanya ada dan dilakukan oleh umat Islam di Indonesia.
"Di MUI sendiri sekarang ada 87 organisasi keislaman yang saya bawahi sampai sekarang", imbuhnya. Dia juga menginformasikan baru dalam kepengurusan MUI periode ini MUI memiliki Pengurus Antar Umat Beragama, kata Kyai yang selalu berbicara dengan gayanya yang kocak.
"Artinya, acara halal bihalal halal seperti yang kita lakukan hari ini agar dapat meredakan semua perasaan yang mengganjal menjadi plong. Los-losan. Istilah generasi milenial sekarang ini sering disebut "kosong-kosong", imbuhnya dengan nada penuh canda.
Tradisi halal ni halal seperti yang kita lakukan hari ini telah menjadi budaya bagi bangsa Indonesia. Dan sungguh diminati dan ingin dicontoh oleh sejumlah negara Islam lainnya di dunia. Karena budaya halal bi halal dapat menjadi sarana untuk mempersatukan umat, kata Marsudi Suhud yang mewakili Majlis Ulama Indonesia dalam tausiah singkatnya.
Kardinal Ignatius Suharyo sebagai Sohibul bait, kata Marsudi Syuhud perlu menjelaskan pokok landasan menghargai martabat manusia. Karena masalah yang semakin marak tentang perdagangan manusia, sungguh memprihatinkan.
Adapun mengenai kedatangan Paus ke Indonesia pada 3-5 September 2024, akan hadir sebagai Kepala Negara maka itu kedatangan Paus menjadi sepenuhnya urusan negara.
Selama di Indonesia Paus akan melakukan
pertemuan di Masjid Istiqlal, dan di Katedral serta acara ibadah di Gelora Bung Karno. Jadi acara selama tiga hari di Indonesia sepenuhnya sudah ditentukan oleh Protokol dari Negara Vatikan. "Jadi mohon maaf, jika pihak Katedral hanya menerima protokol dari Vatikan. Mohon maaf, bila dalam acara kedatang Paus pasti tidak bisa memuaskan semua pihak. Karena itu, sekali lagi pihak Katedral mohon maaf, tandas Kardinal Ignatius Suharyo.