Iklan VIP

Redaksi
Jumat, 12 April 2024, 10:32 WIB
Last Updated 2024-04-12T03:33:24Z
Nasional

Muatan Spiritual Dalam Tradisi Bermaaf-maafan Dalam Budaya Kita


Jacob Ereste :


Permohonan maaf lahir dan batin dalam tradisi umat Islam di Indonesia -- karena memang tidak dilakukan secara umum oleh  umat Islam di dunia -- merupakan kebiasaan yang perlu dijaga bersama agar dapat menjadi budaya yang permanen bersemayam dalam sikap yang tulus dan ikhlas untuk memberi maaf maupun untuk meminta maaf terhadap kesakahan yang mungkin sudah terjadi. Apalagi untuk kesalahan yang sengaja pernah dilakukan terhadap orang lain.

Tradisi untuk meminta maaf atau menyediakan ruang permaafan ini dalam wujud yang telah biasa dilakukan adalah melalui kartu ucapan selamat hari raya yang dikirim bersama prohonan maaf itu, atau yang lebih populer lagi sekarang melalui pesan lewat media elektronik. Meskipun tetap saja ada yang berpikir bahwa tak ada keselahan apapun -- dari dan oleh siapapun --  yang perlu diberi maaf atau dimintakan permaafannya.

Bahlan yang lebih modern lagi adalah seperti merebaknya tradisi oven house yang semakin dimantapkan dalam bentuk acara halal bi halal secara yang makin marak diadakan oleh para tokoh, pejabat pemerintah atau instansi lain yang merasa perlu melakukan acara semacam itu di kediaman pribadi, kantor atau perusahaan maupun yayasan yang dipimpin atau dikelola oleh yang bersangkutan.

Pendek kata, acara bermaaf-maafan seperti itu sungguh baik, srpanjang dilakulan untuk menjaga ikatan persaudaraan, persagabatan atau pun jalinan kerja sesama pekerja di bidang yang sama agar supaya tetap langgeng dan harmoni untuk tetap terjaga atau ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.

Tradisi maaf memaafkan ini bida lebih langgeng lagi menjadi budaya yang permanen untuk menjaga sikap dan sifat ketendahan hati, membuka diri dan memperluas jalinan maupun jaringan silaturahmi yang baik dan bagus dalam tradisi maupun maupun budaya bangsa yang besar dan anggun untuk memperkukuh kepribadian bangsa yang berkarakter mulia melalui acara bermaaf-maafan ini.

Setidaknya, esensi dari acara halal bi halal serupa itu, dapat dijadikan bagian dari cara meningkatkan kualitas hidup yang lebih beradab dengan menyadari keterbataan sebagai manusia manusia yang penuh kasih dan penuh rasa sayang seperti terpuji yang cuma dimiliki oleh Tuhan. Dan sebagai manusia pun, dapat semakin sadar dan paham, bila keterbatasan manusia itu, sungguh tidak mungkin disetarakan -- karena sombong dan pongah -- dengan kebesaran  Tuhan.

Jadi, sungguh acara naaf memaafkan maupun yang diekspresikan dalam acara halal bi halal -- atau sekedar meminta maaf secara terbuka melalui pesan tertulis melalui kartu ucapan selamat gari raya lebaran maupun via media elektronik -- sungguh penting dijaga dan dilestarikan menjadi bagian dari budaya yang penuh muatan spiritual untuk dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Sehingga sikap dan sifat ugahari dapat terus dijaga persemayamannya di lubuk hati yang semakin  dekaden dan gamang masuk dalam peradaban modern manusia hari ini.


Banten, 11 April 2024