Foto : Flyer Konpers LSI Denny JA 22 Maret 2024 “Karpet Merah Bagi Prabowo-Gibran 2024-2029” |
- Dimulainya Konsolidasi Pemerintahan Baru 2024-2029
Opini publik sudah kondusif “menggelar karpet merah” bagi konsolidasi pemerintahan baru di bawah komando Prabowo- Gibran, 2024-2029.
Sebesar 89,8 % publik luas representasi pemilih Indonesia menerima hasil resmi KPU.
Tapi koalisi partai Prabowo-Gibran yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju belum cukup untuk menguasai mayoritas suara di DPR. Agar pemerintahan kuat, Prabowo-Gibran perlu dukungan partai tambahan.
Lebih jauh lagi, menyambut Indonesia Emas 2045, sekitar 20 tahun lagi, mayoritas publik (75,8%) menyetujui inovasi politik berupa koalisi partai semi permanen minimal 20 tahun, dengan unsur dua partai terbesar pengusung capres yang menang: Golkar dan Gerindra.
Demikian beberapa temuan dan hal penting dari hasil riset terbaru LSI Denny JA.
LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (face-to-face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1200 responden, margin of error survei ini sebesar 2.9%.
Survei dilakukan pada tanggal 1-15 Maret 2024.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.
Bagian 1 : Keputusan KPU
Kepada masyarakat kami tanyakan, jika nanti KPU memutuskan pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka menang satu putaran, apakah Ibu/Bapak akan setuju atau tidak setuju?
Hasilnya, sebesar 89.8% menyatakan “ya, saya akan setuju dengan keputusan KPU”. Sebesar 9.3% menyatakan “saya tidak setuju denga keputusan KPU”. Sebesar 0.9% menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
Dari data di atas, kita bisa melihat bahwa, mayoritas publik (89.8%) menyatakan setuju dengan keputusan KPU yang memutuskan pasangan Prabowo-Gibran menang satu putaran.
Jika kita bedah dari pemilih capres 2024, didapat data bahwa baik itu pemilih 01, 02, maupun 03, mayoritas setuju dengan keputusan KPU.
Pemilih 01 yang setuju dengan keputusan KPU sebesar 79.9%. Pemilih 02 yang setuju dengan keputusan KPU sebesar 93.8%. Pemilih 03 yang setuju dengan keputusan KPU sebesar 90.5%.
Pemilih Prabowo-Gibran yang tertinggi persetujuannya dengan KPU. Di ikuti pemilih Ganjar-Mahfud, baru pemilih Anies-Muhaimin.
Dari sisi pemilih partai, pemilih partai yang berada di Koalisi Indonesia Maju (Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN) persetujuannya diatas 95% dengan tertinggi adalah pemilih Gerindra(98.6%). Selanjutnya pemilih Golkar (95.9%), PAN (96.7%) dan Demokrat (95.1%).
Adapun dari Pemilih PDIP yang setuju sebesar 92.4%, Pemilih PKB (83.1%), Nasdem (79.4%), PKS (71.4%).
Dari kategori ekonomi, segmen pendapatan wong cilik (2juta ke bawah) menjadi segmen tertinggi setuju dengan KPU sebesar 91.9%. Segmen pendapatan menengah (2-4juta/bulan) yang setuju sebesar 90.8%. Segmen pendapatan atas (pendapatan di atas 4juta/bulan) yang setuju sebesar 81.2%.
Dari kategori pendidikan, segmen pendidikan SD kebawah yang paling tinggi setuju dengan KPU (93.4%). Segmen pendidikan SMP Sederajat yang setuju 90.5%. Segmen pendidikan tamat SMA sederajat yang setuju sebesar 87.1%. Segmen pendidikan tamat D3 keatas yang setuju sebesar 83.6%.
Dari sisi usia, pemilih dengan usia 40-49 menjadi pemilih yang paling tinggi persetujuannya terhadap KPU (91.0%).
Segmen usia muda (dibawah 30 tahun) yang setujus sebesar 90.8. Usia 30-39 tahun yang setuju sebesar 89.3%, pemilih di atas 50 tahun yang setuju sebesar 88.5%.
Hasil kemenangan pasangan Prabowo-Gibran satu putaran sudah diketahui pada hari pencoblosan melalui quick count (hitung cepat) yang dilakukan LSI Denny JA.
Jika kita bandingkan hasil KPU dengan hitung cepat LSI Denny JA, hasilnya presisi. Hitung cepat LSI Denny JA diumumkan pada hari H, KPU mengumumkan hasilnya lima minggu kemudian.
Pasangan nomor urut 01, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dalam hitung cepat LSI Denny JA mendapatkan 24.98%. Hasil resmi KPU sebesar 24.95%. Selisih sebesar 0.03%.
Pasanga nomor urut 02, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka dalam hitung cepat LSI Denny JA mendapatkan 58.47%. Hasil resmi KPU sebesar 58.58%. Selisih sebesar 0.11%.
Pasangan nomor urut 03, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dalam hitung cepat LSI Denny JA mendapatkan 16.55%. Hasil resmi KPU sebesar 16.47%. Selisih sebesar 0.08%
Simpangan baku (rata-rata selisih) antara hasil KPU dan hitung cepat LSI Denny JA pada pilpres 2024 sebesar 0.07%.
Selain presisi di pilpres, hitung cepat LSI Denny JA juga presisi di pemilihan legislatif.
Sebagai contoh misalnya kita lihat perolehan tiga partai terbesar. Data lengkapnya bisa dilihat di bahan paparan yang disertakan.
PDIP dihitung cepat mendapatkan 16.91%. Hasil resmi KPU sebesar 16.73%. Selisihnya 0.18%.
Golkar dihitung cepat mendapatkan 14.90%. Hasil resmi KPU sebesar 15.29%. Selisihnya 0.39%
Gerindra dihitung cepat mendapatkan 13.43%. Hasil resmi KPU mendapatkan 13.22%. selisihnya 0.21%.
Simpangan baku antara hasil KPU dan hitung cepat LSI Denny JA pada pileg 2024 sebesar 0.22%
Bagian 2: Koalisi Partai Semi Permanen
Prabowo-Gibran diumumkan menjadi pemenang pilpres oleh KPU, di angka 58.58%. Anies-Muhaimin di urutan kedua sebesar 24.95%. Ganjar-Mahfud di urutan ketiga sebesar 16.55%.
Hasil ini membuat pilpres berlangsung satu putaran saja. Selisih antara Prabowo-Gibran dengan kompetitor nya berjarak lebih dari 33%.
Tapi koalisi partai Prabowo-Gibran yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju belum mayoritas suara di DPR (suara <50%).
Perolehan suara di partai Koalisi Indonesia Maju sebesar 43.18%. Ini berasal dari Golkar sebesar 15.29%, Gerindra 13.22%, Demokrat 7.43%, PAN 7.24%.
Agar pemerintahan kuat, Prabowo-Gibran perlu dukungan partai tambahan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mensukseskan program-program utama yang dicanangkan Prabowo-Gibran. Yang sejauh ini di uji di publik, program ini disetujui oleh mayoritas publik.
Terdapat empat program yang tiga diantaranya adalah meneruskan Jokowi, dan satu program khas Prabowo-Gibran.
Program yang meneruskan Jokowi yaitu, pindah ibukota IKN dengan publik yang setuju sebesar 68,4%. Program hilirisasi agar Indonesia tidak menjual bahan mentah ke luar tapi bahan yang di olah, ini terima publik sebesar 87,9%. Kemudian program digitalisasi pemerintah agar kurangi korupsi, yang di approval publik sebesar 92,4%.
Program khas Prabowo-Gibran yaitu makan siang dan susu gratis yang diterima/diapproval/disetujui publik sebesar 80,1%.
Program IKN, Hilirisasi, Digitalisasi, makan siang gratis, hanya terlaksana tuntas, dengan membutuhkan waktu minimal 20 tahun berjalan, tanpa interupsi.
Sementara 20-25 tahun dari sekarang yaitu 2045-2050, Indonesia diprediksi banyak lembaga international menjadi negara ke-4 terbesar di dunia.
Jokowi (presiden menjabat) dan Prabowo (presiden terpilih) berada di momen historik, meletakan dasar transisi Indonesia menuju 2045 (20 tahun lagi).
Sementara program utama mereka (IKN, Hilirisasi, Digitalisasi, Makan siang gratis) juga perlu waktu minima 20 tahun untuk tuntas.
Maka momen 20 tahun ini (2024-2045) perlu di kawal oleh kekuasaan berkelanjutan dengan misi yang sama.
Perlunya koalisi partai semi permanen (2024-2045) yang pondasinya diletakkan oleh Jokowi dan Prabowo
Bagian 3 : Distribusi dukungan koalisi partai semi permanen
Untuk mengetahui, apakah gagasan koalisi partai semi permanen di dukung oleh publik, LSI Denny JA melakukan survei nasional untuk menguji hal ini. Survei dilakukan tanggal 1-15 Maret 2024.
Kami tanyakan kepada publik, apakah ibu/bapak sangat setuju, cukup setuju, kurang setuju atau tidak setuju sama sekali jika ada koalisi partai semi permanen selama 20 tahun (2024 -2045) mengantar Indonesia menjadi negara terbesar keempat secara ekonomi dunia?
Publik yang menyatakan sangat setuju/cukup setuju sebesar 75.8%. Publik yang menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali sebesar 15.1%. sebesar 9.1% tidak tahu/tidak menjawab.
Angka 75.8% bukan hanya mayoritas tetapi mayoritas besar. Koalisi partai semi permanen mendapatkan tempat di hati publik.
Jika jika breakdown dari pilihan capres 2024, terlihat bahwa pemilih Ganjar-Mahfud yang paling tinggi persetujuanya terhadap koalisi partai semi permanen. Diikuti oleh pemilih Anies-Muhaimin, baru kemudian pemilih Prabowo-Gibran.
Pemilih 01 yang menyatakan setuju terhadap koalisi partai semi permanen sebesar 75.9%
Pemilih 02 yang menyatakan setuju dengan koalisi partai semi permanen sebesar 74.4%
Pemilih 03 yang menyatakan setuju dengan koalisi partai semi permanen sebesar 80.7%.
Bagaimana dari sisi sisi pemilih partai? Pemilih Demokrat yang persetujuanya terhadap koalisi partai semi permanen paling tinggi (95.1%). Sedangkan pemilih PKS menjadi pemilih partai yang persetujuannya paling rendah (57.1%).
Data lengkap mengenai pilihan partai tehadap persetujuan koalisi partai semi permanen sebagai berikut: pemilih PDIP yang setuju sebesar 77.9%, Golkar (70.1%), Gerindra (77.8%), PKB (81.0%), Nasdem (79.4%), dan PAN (883.3%)
Dari kategori pendapatan, pendapatan 2-4juta perbulan yang paling tinggi persetujuanya terhadap koalisi partai semi permanen, sebesar 78.9%.
Di segmen pendapatan dibawah 2juta/bulan yang menyatakan setuju sebesar 76.4%. Di segmen pendapatan diatas 4juta/bulan yang menyatakan setuju sebesar 67.7%
Dari kategori pendidikan, tingkat pendidikan tinggi (D3 ke atas) yang paling tinggi tingkat persetujuannya terhadap koalisi partai semi permanen.
Di pendidikan tamat SD yang setuju sebesar 73.8%. Tamat SMP Sederajat sebesar 76.9%. Tamat SMA sederajat sebesar 76.4%.
Bagaimana dengan Gender dan Agama?
Dari sisi gender, baik dia laki-laki maupun perempuan, mayoritas setuju dengan koalisi partai semi permanen. Di laki-laki yang setuju sebesar 75%. Di perempuan yang setuju sebesar 76.5%.
Dari sisi pemeluk agama, ide koalisi partai semi permanen di aminkan baik oleh pemeluk agama Islam maupun juga pemeluk agama non Islam. Di pemeluk Islam yang setuju sebesar 75.6%. Di pemeluk agama lainnya sebesar 77.2%.
Bagaimana dari sisi usia dan pengguna medsos?
Segmen usia 30-39 tahun yang paling tinggi tingkat persetujuannya terhadap koalisi partai semi permanen (82%)
Masyarakat dengan usia di bawah 30 tahun yang setuju sebesar 77.6%. Usia 40-49 tahun yang setuju sebesar 74%. Usia di atas 50 tahun yang setuju sebesar 72.2%.
Yang punya medsos maupun yang tidak punya medsos, lebih tinggi sedikit persetujuan dari yag tidak punya medsos. Dari sisi yang punya medsos yang setuju sebesar 75.2%. Dari yang tidak punya medsos yang setuju sebesar 76.3%.
Pengguna medsos aplikasi Twitter (X) yang paling tinggi persetujuannya sebesar 81.3%. Pengguna Whatsapp sebesar 75.3%, pengguna youtube (76%), Facebook (75.9%), email (75.2%), Tiktok (77.0%), Instagram (79.7%).
Mengapa koalisi partai semi permanen 20 tahun itu penting?
Pertama, program raksasa seperti pindah ibukota, hilirisasi, digitalisasi, dan makan siang gratis membutuhkan konsolidasi minimal 20 tahun agar tak goyah
Kedua, ganti presiden yang datang dari oposisi dapat mengganti program itu atau membuatnya gagal sebelum kematangan eksekusi program itu
Ketiga, koalisi partai semi permanen lebih dapat memastikan 4 program raksasa itu tercapai
Apa yang bisa membatalakan koalisi partai semi permanen?
Itu jika lahir presiden baru di 2029, 2034, 2039, yang lebih populer dari oposisi. Karena itu koalisi semi permanen 20 tahun ini perlu juga memastikan memiliki capres yang terpilih di pilpres 2029, 2034, dan 2039.
Prabowo dan Gibran, juga Jokowi, berada di momen historik, meletakkan fondasi 20 tahun menuju Indonesia Emas, 2045. Itu era Indonesia, sebagaimana diprediksi lembaga dunia, menjadi negara terbesar ke empat secara ekonomi.
Berdasarkan survei LSI Denny JA, terlepas dari kritik yang pasti ada, namun mayoritas opini publik sudah sangat kondusif. Mayoritas publik seperti menggelar karpet merah bagi dimulainya konsolidasi kekuasaan baru, di bawah komando Prabowo-Gibran.
*Link untuk data dan analisis lebih lengkap, dapat diklik di https://drive.google.com/file/d/1QLX0stunJCDijE3ge8A-kWoSUOEsluA9/view?usp=drivesdk. (ari)