Foto 1 : Ilustrasi Manasik Haji dengan menggunakan Metaverse (doc: upyo.com) Foto 2 : Dr Imron Mawardi SP Msi, Pakar Ekonomi Islam Universitas Airlangga (UNAIR) |
SURABAYA, Clickindonesiainfo.id - Ketua Tim Inovasi, Pengembangan dan Harmonisasi Layanan, serta Aplikasi SPBE Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan Kominfo, Chairina, S.Kom., M.T.I. menyebut, teknologi metaverse mempunyai beragam kegunaan. Salah satunya, kata dia, mampu menyediakan layanan manasik haji.
Manasik haji adalah simulasi langsung bagi seseorang sebelum melakukan ibadah haji yang sesungguhnya. Seseorang akan latihan praktik melakukan ritual atau serangkaian amalan ibadah haji. Mulai tawaf, sai, wukuf, hingga amalan lainnya.
Rencana penggunaan teknologi metaverse atau dunia virtual daring untuk pelaksanaan manasik haji bagi calon jemaah memunculkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Dr. Imron Mawardi, S.P., M.Si., pakar ekonomi Islam dari Universitas Airlangga (UNAIR), memberikan tanggapannya terkait isu tersebut.
Dr Imron menegaskan, manasik haji tidak termasuk dalam rangkaian ibadah haji. Manasik haji hanyalah latihan yang bertujuan untuk membantu calon jemaah memahami dan mempraktikkan tata cara haji yang benar.
“Manasik ini hanyalah suatu cara bagaimana calon jemaah haji dapat memahami dan tahu kondisi yang benar saat pelaksanaan ibadah haji. Mulai ihram, wukuf, mabit, melempar jamrah, tahalul, hingga tawaf,” jelas Imron. Kamis, (14/3/2024).
Menurutnya, pelaksanaan manasik haji menggunakan metaverse termasuk sah dan boleh. Melalui metaverse, calon jemaah haji dapat lebih memahami kondisi pelaksanaan ibadah haji dengan lebih nyata sekaligus berlatih tata cara ibadah haji dengan lebih mudah.
Efisienkan Biaya Hingga Buka Peluang Industri
Imron menilai, penggunaan metaverse dalam manasik haji tidak hanya memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam persiapan spiritual. Tetapi juga membuka peluang untuk mengurangi biaya pengeluaran yang terkait dengan pelatihan fisik dan logistik. Adopsi metaverse memberikan kontribusi positif terhadap aspek ekonomi dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara efisien.
“Boleh dikatakan jarang sekali jemaah haji melaksanakan ibadah haji secara mandiri. Mayoritas, melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), yang juga sebagai penyelenggara manasik haji,” tambahnya.
“Pelaksanaan manasik tersebut dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan. Sehingga dengan menggunakan metaverse dapat lebih menghemat waktu sekaligus biaya yang diperlukan,” lugasnya.
Dosen ekonomi Islam tersebut juga menekankan bahwa, tidak tertutup kemungkinan, keberadaan metaverse dalam manasik haji dapat membuka peluang bagi sektor industri lainnya. Termasuk industri pariwisata dan bisnis.
Dengan metaverse, masyarakat yang berencana mengunjungi objek wisata dapat dengan mudah mengetahui kondisi nyata destinasi tujuan sebelum benar-benar berkunjung.
Selain itu, adanya metaverse dalam manasik haji akan membuka peluang sektor industri lainnya untuk menggunakan juga metaverse. Salah satunya dalam industri pariwisata dan bisnis. Masyarakat yang ingin berkunjung ke salah satu wisata dapat dengan mudah mengetahui kondisi nyata destinasi tujuannya sebelum tiba. (ari)