Jacob Ereste :
Ngomong itu lebih gampang dilakukan, tapi resiko kesalahannya lebih tinggi. Berbeda dengan menulis, lebih sulit dilakukan, tapi resiko kesalahannya lebih rendah.
Istilah rendah pun digunakan sekedar untuk mengimbangi padanan istilah tinggi. Lain kalau disebut lebar, maka biasanya akan dipadankan dengan ukuran panjang. Dalam olok-olok pengeritik politik, kalau ada orang yang berpidato mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, maka dugaan pertama yang sedang berpidato itu adalah pedagang atau pengusaha.
Lain cerita kalau orang yang berpidato sering menggunakan kalimat yang setinggi-tingginya, maka orang yang sedang berpidato itu adalah angkatan udara. Sama juga seperti mereka yang sering mengucapkan kalimat seluas-luasnya, boleh jadi orang yang bersangkutan adalah dari kesatuan angkatan darat. Maka itu, bila orang tersebut suka sekali berucap yang dalam-dalamnya, sangat mungkin orang tersebut dari angkatan laut.
Artinya, kebiasaan dalam berbicara sesungguhnya dapat dipahami asal muasal atau semacam latar belakang dari orang yang bersangkutan. Sebab kebiasaan seseorang untuk ngomong itu juga dipengaruhi oleh kebiasaannya dalam sehari-hari. Begitu juga bagi mereka yang suka menulis. Tapi tetap saja kedua keahlian tersebut agak sulit untuk dimiliki sekaligus -- sebagai orator sekaligus konseptor -- Katena masing-masing membutuhkan ilmu, pengetahuan serta keahlian yang tidak gampang untuk digamit sekaligus. Sebab manusia multi talenta tidak banyak diberi kemampuan itu oleh Tuhan.
Agaknya, upaya pembatasan oleh Tuhan ini sangat mungkin juga hendak mewujudkan konsep keadilan. Atau yang lebih tepat agar manusia tetap menyadari bahwa sikap tamak itu tidak elok, sehingga orang yang ahli ngomong, tidak banyak yang ahli juga dalam menuliskan pikiran, gagasan maupun ide-idenya yang cemerlang itu, sehingga dia tetap merasa perlu untuk menghargai keahlian orang lain yang nota bene tidak dia miliki. Kecuali itu, orang yang terlanjur suka pasang omong, memang agak sulit untuk menulis. Begitu pula sebaliknya, mereka yang sudah terlanjur biasa memaparkan pikiran, ide dan pendapat maupun sikapnya melalui tulisan, biasa sering mengalami kesulitan untuk berbicara.
Jadi keahlian ngomong dan keahlian menulis itu membutuhkan keahlian dan kemampuan tersendiri dengan segenap kelebihan dan kekurangannya yang patut disadari yang tidak perlu disesali, sehingga tetap merasa perlu untuk disyukuri. Inilah sekedar tips untuk siapa saja yang suka ngomong dengan resiko kesalahan yang sulit dikontrol. Ibarat seorang pelukis ekspresionis, ia harus berhati-hati menggoreskan kuas lukisan di atas kampas. Sebab kesalahan yang terjadi sangat gampang bisa terjadi dan sukar untuk diperbaiki. Dan nilai keabadiannya jauh lebih gampang dilupakan banyak orang. Kecuali sepenggal-sepenggal saja yang mampu diingat dan terekam dengan baik dalam memory setiap orang. Yang celakanya, bila semua memory yang direkam dalam ingatan banyak orang itu dominan adalah hal tang buruk. Seperti asam sulfat yang tidak mampu dipahami bedanya dengan asam urat, atau asam lambung.
Banten, 23 Desember 2023