Iklan VIP

Redaksi
Kamis, 21 September 2023, 17:34 WIB
Last Updated 2023-09-21T10:36:32Z

Ikuti Program Riset di Thailand, Mahasiswa UNAIR Teliti Teknologi Deteksi Bakteri Ikan



Foto  : Ismatul Azizah saat melakukan penelitian di Laboratorium Mahidol University


 
SURABAYA, Clickindonesiainfo.id - Universitas Airlangga (UNAIR) tak henti-hentinya melahirkan insan berprestasi. Ismatul Azizah adalah salah satunya. Mahasiswi Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) itu berhasil lolos dalam program International Internship Program Centex Shrimp Mahidol University. Program tersebut merupakan bentuk kerja sama antara UNAIR dengan Mahidol University, Thailand.

Ziza, sapaan akrabnya, mengaku sangat senang dan bangga. Pasalnya, tidak semua mahasiswa bisa lolos dalam program riset kolaborasi internasional itu. Terlebih lagi, ia berkesempatan melakukan penelitian langsung di laboratorium luar negeri berstandar internasional.

“Sangat senang tentunya karena berkesempatan untuk melakukan riset di laboratorium yang fasilitasnya sudah standar internasional. Selain itu, kesempatan untuk merantau ke luar negeri tentunya menjadi sesuatu yang akan sangat berkesan,” beber Ziza. Rabu, (20/9/2023).

Tentang Penelitian

Pada Unair News, Ziza menerangkan penelitian yang ia usulkan. Mahasiswi asal Malang itu mengusung penelitian bertajuk Bioteknologi Rekayasa Genetika: Deteksi bakteri Edwardsiella menggunakan CRISPR Cas12a pada Ikan.

Ia bercerita, latar belakang dari penelitian itu adalah keberadaan bakteri patogen Edwardsiella kerap menjadi penyebab utama kematian massal pada ikan. Apalagi, bakteri tersebut memiliki efek infeksi yang begitu tinggi hingga mencapai 100 persen.

“Untuk background penelitiannya karena Edwardsiella ini merupakan bakteri patogen yang seringkali menyebabkan kematian massal pada ikan. Hal itu karena tingkat infeksinya sangat tinggi hingga mencapai 100 persen,” papar Ziza.

Akan tetapi, sambung Ziza, dalam proses diagnosis bakteri penyebab kematian ikan itu masih terdapat berbagai kendala. Karena itu, dia mengusung teknologi Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR) dalam proses diagnosis tersebut.

“Dengan adanya teknologi CRISPR ini, harapannya proses diagnosis Edwardsiella dapat menjadi lebih cepat. Selain itu, proses identifikasi harapannya juga bisa lebih detail tingkat klasifikasinya hingga pada tingkat spesies,” tambahnya.

Tahapan Penelitian

Lebih lanjut, Ziza menjelaskan proses dan tahapan penelitian yang telah ia lalui. Tahap pertama yaitu bermula dengan penjelasan skema riset oleh advisor, yakni Assist Prof Dr Thawatchai Chaijarasphong dari Faculty of Science, Mahidol University.

Tahapan selanjutnya yaitu proses riset. Ia memulai proses riset dari persiapan kultur bakteri, ekstrak dan pemurnian, hingga pembacaan profil sampel deoxyribonucleic acid (DNA).

“Penelitian bermula dengan penjelasan mengenai skema riset oleh Advisor saya yaitu Assist Prof Dr Thawatchai Chaijarasphong Faculty of Science Mahidol University. Selanjutnya yaitu proses riset, mulai dari persiapan kultur bakteri, ekstrak dan pemurnian DNA, pembacaan profil sampel DNA, lalu barulah proses riset utama yaitu uji deteksi,” urai Ziza.

Selama menjalani proses penelitian tahap awal, Ziza tidak menjumpai kendala berarti. Ia berharap agar penelitiannya itu dapat berjalan lancar hingga pada tahap akhir nanti. Selain itu, ia juga berharap agar hasil penelitian ini nantinya dapat berdampak positif untuk dunia rekayasa genetika, khususnya dalam bidang patologi akuakultur.

“Semoga penelitian ini dapat berdampak positif untuk dunia rekayasa genetika dalam akuakultur khususnya untuk bidang patologi. Sehingga mikroorganisme patogen yang menjadi ancaman bagi budidaya perikanan dapat segera terdeteksi dan mendapatkan penanganan yang efektif,” sebutnya. (ari)