Foto : Proporsi Pemilih Kuat 3 Calon Presiden, survei nasional SMRC pada periode Mei 2023 |
JAKARTA, Clickindonesiainfo.id - Pemilih kuat pada Ganjar Pranowo 73 persen, Anies Baswedan 61 persen, dan Prabowo Subianto 59 persen. Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang disampaikan Prof. Saiful Mujani dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Swing Voters Anies, Ganjar, dan Prabowo” yang tayang di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, (13/7/2023).
Video utuh presentasi Prof. Saiful bisa disimak di sini: https://youtu.be/bBONo3jaIlc
Saiful menjelaskan bahwa, survei SMRC yang dilakukan pada Mei 2023 itu menunjukkan secara umum ada 33 persen yang menyatakan masih sangat atau cukup besar kemungkinan untuk mengubah pilihan presiden. Sementara yang menyatakan kecil atau sangat kecil kemungkinan untuk mengubah pilihan sebesar 64 persen. Masih ada 3 persen yang belum menjawab.
Saiful menyatakan bahwa, dalam sejarah pemilihan presiden langsung di Indonesia, selisih suara antar-calon tidak pernah terlalu besar, kecuali dalam Pilpres 2009. Ketika itu, Susilo Bambang-Yudhoyono mendapatkan suara sekitar 60 persen, sisanya dibagi oleh dua lawannya. Selisihnya sekitar 20 persen.
Sementara dalam dua pilpres terakhir, selisih suara hanya sekitar 5 sampai 10 persen. Karena itu, menurut Saiful, angka 33 persen yang menyatakan mungkin akan berpindah pilihan itu besar. Kalau angka 33 persen tersebut cenderung pada calon tertentu, pengaruhnya akan siginifikan. Namun jika berubahnya proporsional, pengaruhnya tidak akan besar.
“Jika perbedaan pemilih kuat dan lemah signifikan di masing-masing calon, maka perubahan-perubahan atau suara swing akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perolehan akhir dalam kontestasi ini,” urai pendiri SMRC tersebut.
Pada calon presiden mana lebih banyak pemilih yang mantap dan yang lemah tersebut? Survei ini menunjukkan pemilih kuat pada Ganjar 73 persen, Anies 61 persen, dan Prabowo 59 persen.
Saiful menjelaskan bahwa, ada selisih yang signifikan antara pemilih kuat pada Ganjar dengan Anies dan Prabowo. Sementara pemilih kuat Anies dan Prabowo kurang lebih sama.
Selisih pemilih kuat Ganjar dengan Anies sekitar 12 persen, signifikan secara statistik. Sementara selisih pemilih kuat Ganjar dengan Prabowo sekitar 14 persen. Artinya, menurut Saiful, pemilih yang mantap lebih besar dan signifikan pada pemilih Ganjar Pranowo dibanding pada pemilih Anies dan Prabowo.
Sementara pemilih yang besar kemungkinan mengubah pilihan atau pemilih lemah pada Ganjar hanya 26 persen, Anies 34 persen, dan Prabowo 39 persen. Jika dilihat dari perbandingan ini, lanjut Saiful, pemilih yang lebih dinamis ada pada Prabowo.
Saiful menjelaskan bahwa temuan ini logis, misalnya jika dilihat dari aspek partai. Partai yang mendukung Prabowo adalah Gerindra dengan kekuatan di parlemen nomor tiga, lebih kecil dibanding PDIP. Karena itu, pendukung Prabowo umumnya datang dari partai-partai yang lain. Mereka umumnya adalah pendatang baru untuk Prabowo. Menjadi logis kalau pilihannya belum mantap.
“Mereka akan menunggu perkembangan apakah akan semakin nyaman mendukung Prabowo atau tidak. Hal yang sama terjadi pada Anies. Dia belum menjadi kader partai tertentu dan belum terlihat memiliki preferensi untuk menjadi anggota partai tertentu,” tandas guru besar ilmu politik UIN Jakarta tersebut.
Partai, menurut Saiful, dalam beberapa hal, adalah jangkar untuk mengikat pilihan terhadap Capres dengan partai politik. Partai bisa menjembatani antara pemilih dengan calon presiden. Ganjar sudah lama terasosiasi dengan PDIP karena dia adalah kader PDIP. Karena itu, kalau pemilih PDIP lebih solid ke Ganjar, itu solid. Selain itu, jumlah pemilih PDIP lebih besar dan signifikan dibanding partai-partai lain.
Secara lebih detil, Saiful menunjukkan bahwa dalam survei ini, suara massa pemilih PDIP yang memilih Anies 10 Persen, Ganjar 63 persen, Prabowo 24 persen, dan belum tahu 4 persen. Suara PPP ke Anies 38 persen, Ganjar 31 persen, Prabowo 28 persen, dan tidak jawab 3 persen.
Pemilih Nasdem yang mendukung Anies 57 persen, Ganjar 18 persen, Prabowo 20 persen, dan belum tahu 5 persen. Pemilih Demokrat ke Anies 38 persen, Ganjar 13 persen, Prabowo 45 persen, dan belum tahu 5 persen. Suara PKS memilih Anies 66 persen, Ganjar 12 persen, Prabowo 22 persen, dan belum jawab 1 persen.
Pemilih Gerindra ke Anies 8 persen, Ganjar 14 persen, Prabowo 76 persen, dan tidak jawab 2 persen. Massa pemilih PKB yang mendukung Anies 23 persen, Ganjar 41 persen, Prabowo 27 persen, dan tidak jawab 9 persen. Pendukung Golkar yang memilih Anies 30 persen, Ganjar 26 persen, Prabowo 42 persen, dan belum tahu 1 persen. Pemilih PAN yang mendukung Anies 54 persen, Ganjar 18 persen, Prabowo 18 persen, dan tidak jawab 10 persen. Sementara dukungan pemilih partai-partai lain pada Anies 13 persen, Ganjar 38 persen, Prabowo 37 persen, dan tidak jawab 12 persen.
Saiful memberi catatan tentang PKB. Walaupun di tingkat elit PKB memberi dukungan pada Prabowo, namun di akar rumput, massa pemilih partai ini lebih condong memilih Ganjar Pranowo: 41 persen memilih Ganjar sementara memilih Prabowo 27 persen.
Perbedaan aspirasi elit dan akar rumput PKB ini, menurut Saiful, kemungkinan terjadi karena wilayah di mana basis PKB adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang dominan NU. Wilayah ini merupakan asal dari Ganjar Pranowo dan beririsan dengan basis PDIP.
Lebih jauh Saiful menjelaskan bahwa, pemilih Gerindra sudah sangat solid memilih Prabowo, namun basis partai ini lebih kecil dibanding PDIP. Prabowo sangat terbantu oleh pemilih Demokrat dan Golkar.
Ini, menurut Saiful, yang membuat banyak pemilih Prabowo yang kurang mantap karena berasal dari partai yang berbeda. Massa pemilih Golkar bisa goyah karena elitnya belum memutuskan akan mendukung siapa. Massa pemilih Demokrat juga masih sangat kritis.
Secara resmi partai Demokrat mendukung Anies, tapi belum ada kepastian apakah harapan bahwa ketua umumnya bisa menjadi calon wakil presiden Anies bisa terwujud atau tidak.
Pemilih Demokrat kurang mendukung Ganjar karena tidak punya sejarah partai ini mendukung calon dari PDIP. Sementara dalam dua pemilu terakhir, Demokrat mendukung Prabowo. Karena itu wajar kalau ada kecenderungan mereka kembali mendukung Prabowo.
“Ini yang membuat dukungan pada Prabowo dinamis karena pemilihnya banyak berasal dari partai lain di luar Gerindra. Sementara Ganjar lebih solid karena banyak didukung massa PDIP yang masih besar,” urai Saiful.
Pada Anies, pemilih dua partai pendukungnya (PKS dan Nasdem) sudah solid, namun Demokrat belum terlalu mantap. Masih lebih banyak pemilih Demokrat yang mendukung Prabowo dibanding Anies.
Yang juga menarik, lanjut Saiful, adalah PAN. Walaupun partai ini tidak tergabung dalam koalisi Perubahan, tapi pemilihnya cenderung memilih Anies dibanding Ganjar dan Prabowo. Salah satu penjelasannya, menurut Saiful, adalah karena karakteristik pemilih PAN yang banyak berasal dari Muhammadiyah yang sejauh ini memiliki sikap yang cukup positif pada Anies. (ari)