Iklan VIP

Redaksi
Jumat, 28 April 2023, 23:25 WIB
Last Updated 2023-04-28T16:27:37Z

Menulis di Era Artificial Intelligence

- 6 Tahun Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena


Oleh : Denny JA

Menyambut 6 tahun Perkumpulan Penulis Indonesia, saya bertanya kepada aplikasi artificial intelligence. 

Apakah pada waktunya artificial intelligence memiliki kemampuan menulis mengalahkan pemenang nobel sastra sekalipun?

Pertanyaan ini didasarkan pada pengalaman saya di tahun 1997. Sebagai seorang yang gemar catur, saya mengukuti permainan legenda catur dunia, dari Bobby Fisher hingga Garry Kasparov.

Di tahun 1997, Garry Kasparov tak hanya juara dunia catur. Tapi ia memiliki semua kemampuan menyerang dan bertahan, salah satu yang terhebat dalam sejarah catur dunia.

Betapa terkejut dan terpana saya para waktu itu. Di tahun 1997, Garry Kasparov dikalahkan oleh komputer IBM bernama Deep Blue: 3 1/2 - 2 1/2.

Segera Deep Blue menjadi selebrity dunia. Menancap di kepala saya ketika itu, jika komputer bisa mengalahkan juara dunia catur,  betapa tak terduga kemampuan artificial intelligence di masa depan.

Di tahun 2023, mendadak saya menjadi pelukis. Dalam waktu 4 bulan saya sudah membuat 200 lukisan. Sudah pula saya ikut pameran internasional.

Ini hanya terjadi karena saya dibantu oleh aplikasi artificial intelligence. Walaupun babak akhir lukisan tetap harus disentuh oleh tangan saya sendiri, tapi aplikasi artificial intelligence telah menjadi asisten terhebat dan tercepat yang bisa disediakan oleh peradaban.

Bagaimana dengan dunia tulisan? Dimana efek artificial inteligence?

Di bawah ini saya lampirkan jawaban artificial intelligence tentang efek dirinya bagi dunia penulis. 

Artificial intelligence (AI) memiliki efek signifikan pada dunia penulisan. Beberapa efek positif termasuk:

1. Peningkatan produktivitas: AI dapat membantu penulis menyelesaikan tugas tertentu seperti menghasilkan ide, menulis konten, dan mengedit tulisan. Ini memungkinkan penulis untuk meningkatkan produktivitas mereka dan menghasilkan lebih banyak konten dalam waktu yang lebih singkat.

2. Penyuntingan otomatis: AI dapat membantu dalam proses penyuntingan dan koreksi tulisan. Dengan teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP), AI dapat mengidentifikasi kesalahan tata bahasa dan ejaan serta memberikan saran untuk perbaikan.

3. Peningkatan kualitas tulisan: Dengan bantuan AI, penulis dapat memperbaiki kualitas tulisan mereka. AI dapat memberikan saran untuk meningkatkan struktur tulisan, menghilangkan redundansi, dan meningkatkan kualitas kata yang digunakan.

Namun, ada juga beberapa efek negatif yang perlu diperhatikan, seperti:

1. Hilangnya keaslian dan kreativitas: Penggunaan AI dalam menulis dapat mengurangi keaslian dan kreativitas tulisan. AI dapat menghasilkan konten yang terlalu seragam dan kurang orisinal.

2. Ketergantungan pada teknologi: Penggunaan AI dalam menulis dapat membuat penulis terlalu bergantung pada teknologi. Ini dapat mengurangi kemampuan penulis untuk menghasilkan tulisan yang baik tanpa bantuan teknologi.

3. Penggantian pekerjaan: Penggunaan AI dalam menulis dapat menggantikan pekerjaan penulis manusia. Ini dapat mengurangi kesempatan kerja dalam industri penulisan.

Lalu saya bertanya lagi, akankah pada akhirnya artificial intelligence memiliki kemampuan menulis mengalahkan pemenang nobel sastra sekalipun?

Ini jawabannya: sulit memprediksi apakah akhirnya artificial intelligence memiliki kemampuan menulis melampaui para pemenang nobel sastra.

Itu karena tulisan yang masterpiece juga mengandaikan pemahaman yang mendalam soal manusia dan peristiwa, yang juga diperkaya oleh pengalaman batin penulis sendiri.

Tapi setidaknya, hari-hari ini artificial intelligence sudah menjadi asisten riset yang sangat cepat dan luar biasa. Berbeda dengan asisten manusia, kadang tengah malam saya perlu data, seketika artificial intelligence mencarikannya dalam hitungan menit, bahkan detik.

Selamat ultah Satupena.

*Penulis adalah Ketua Umum Satupena.