foto : istimewa |
Jakarta, Clickindonesiainfo.id- Keunggulan Ganjar Pranowo dibanding tokoh-tokoh lain untuk pemilihan presiden saat ini berasosiasi dengan akses pemilih pada internet dan media sosial. Demikian dikatakan pakar ilmu politik, Prof. Saiful Mujani dalam program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode ”Menuju Pilpres 2024: Siapa Unggul di Media Sosial?” yang disiarkan melalui SMRC TV pada Kamis, 2 Maret 2023.
Video utuh pemaparan Prof. Saiful Mujani bisa disimak di sini: https://youtu.be/7VP4rBk9zDY
Saiful menjelaskan bahwa atribut sosialisasi seperti billboard, baliho, dan spanduk Anies Baswedan cukup massif muncul di pelbagai kota di Indonesia, sementara atribut Prabowo Subianto tidak banyak terlihat, apalagi Ganjar. Anies juga sudah dideklarasikan oleh partai politik. Nasdem juga secara sistematik dan sadar sejak dini mensosialisasikan Anies. Sosialisasi itu dilakukan dari bulan Oktober setelah deklarasi sampai hari ini.
Namun survei SMRC sejak Oktober 2022 sampai Desember 2022 menunjukkan elektabilitas Anies belum terlihat mengalami kemajuan yang berarti. Peningkatan suaranya tidak sekencang sosialisasi dan deklarasi yang sudah dilakukan.
Selain Nasdem, PKS dan Demokrat juga menyatakan dukungan pada Anies, walaupun belum secara formal dan resmi ketika survei dilakukan pada Desember 2022. Ditambah dengan bantuan media yang setiap hari memberitakan bahwa Anies didukung oleh tiga partai ini, mestinya ada penambahan suara pada Anies.
Tapi kenapa elektabilitas Anies tidak naik? Kenapa Ganjar yang justru belum mendapatkan dukungan dari partai politik mengalami peningkatan elektabilitas lebih baik dari Anies, juga lebih baik dari Prabowo?
Apakah ada media lain yang bisa membuat Ganjar lebih unggul daripada Anies di mana Anies sudah melakukan sosialisasi darat? Medium lain sosialisasi selain di darat adalah di internet dan media sosial.
Survei SMRC pada Desember 2022 menunjukkan ada 70 persen warga yang pernah menggunakan internet. Sementara pengguna media sosial sebanyak 64,7 persen.
Dari yang pernah menggunakan internet, 38 persen memilih Ganjar, 29 persen Anies, dan 25 persen Prabowo. Ada 8 persen yang belum jawab. Sebaliknya, yang menyatakan tidak pernah menggunakan internet (28,4 persen), dukungan terkuat cenderung pada Prabowo 29 persen, Anies 26 persen, dan Ganjar 25 persen. Ada 20 persen yang tidak menjawab.
Sementara dari 64,7 pengguna media sosial, 38 persen memilih Ganjar, Anies 29 persen, dan Prabowo 25 persen. Masih ada 8 persen yang belum menyatakan pilihan. Sebaliknya, orang yang tidak pernah menggunakan media sosial lebih kuat memilih Prabowo 28 persen, Anies 27 persen, dan Ganjar 25 persen. 20 persen tidak menjawab.
Data ini, menurut Saiful, menunjukkan bahwa intensitas asosiasi antara internet dan media sosial dengan Ganjar lebih kuat dibanding Anies dan Prabowo.
“Walaupun Ganjar belum dideklarasikan sebagai calon presiden, namun diskusi publik di media massa dan media sosial mengenai Ganjar sebagai calon presiden kuat,” kata pendiri SMRC tersebut.
Lebih jauh Saiful menjelaskan dukungan publik pada Ganjar yang lebih tinggi dari yang lain karena terasosiasi kuat dengan media sosial. Pengetahuan publik pada Ganjar lebih banyak melalui media sosial. Walaupun dia tidak memasang billboard, tidak melakukan kunjungan ke pelbagai daerah dan disambut massa yang besar, namun pilihan publik tetap besar. Ini menunjukkan, lanjut Saiful, bahwa yang paling banyak membantu Ganjar sejauh ini adalah media sosial.
Secara lebih spesifik di kelompok pengguna media sosial, dari 49,2 persen pengguna aktif Facebook (3-4 hari dalam seminggu), 37 persen di antaranya memilih Ganjar, 27 persen Anies, dan 26 persen Prabowo. Pengguna aktif Twitter sekitar 7,2 persen dari total pengguna media sosial, 48 persen di antaranya memilih Ganjar, 32 persen Anies, dan 14 persen Prabowo. Sementara dari 36,9 persen pengguna aktif Instagram, 40 persen memilih Ganjar, 35 persen Anies, dan 18 persen Prabowo. Penonton aktif Youtube sebesar 59,9 persen, 41 persen di antaranya memilih Ganjar, 31 persen Anies, dan 21 persen Prabowo. Ada 36,8 persen pengguna aktif Tik Tok, 40 persen di antaranya memilih Ganjar, 33 persen Anies, dan 22 persen Prabowo.
Di antara pengguna aktif lima platform media sosial populer ini, Ganjar mendapatkan dukungan terbesar, disusul Anies, kemudian Prabowo. Urutannya konsisten: Ganjar, Anies, Prabowo. Di antara tiga tokoh ini, Prabowo adalah tokoh yang kurang terasosiasi dengan berbagai media sosial.
Saiful menjelaskan bahwa jika ditanya apakah media sosial membantu Ganjar? Jawabannya adalah ya, meskipun bukan satu-satunya faktor.
Saiful menambahkan bahwa daya jangkau internet yang mencapai 70 persen dan media sosial 64,7 persen itu memiliki pengaruh yang kuat. Sementara daya jangkau atribut luar ruang seperti billboard, baliho, dan spanduk terbatas. Pemasangan atribut luar ruang ini juga belum massif dilakukan oleh tim kampanye para tokoh potensial calon presiden tersebut. Di antara tokoh-tokoh itu, tim Anies yang paling massif sejauh ini.
Dalam kondisi seperti ini, menurut Saiful, seharusnya sosialisasi yang paling efektif adalah melalui media internet. Ada pun kampanye luar ruang, mestinya dipasang untuk menyasar 30 persen warga yang tidak memiliki akses internet tersebut. Yang selama ini terjadi adalah atribut kampanye luar ruang dipasang di wilayah yang memang sudah mendapatkan akses internet seperti di daerah perkotaan. Sehingga sosialisasi luar ruang lebih banyak menyasar warga yang memang sudah tahu tentang calon.
“Harusnya atribut itu dipasang di gunung-gunung, bukan di kota-kota. Kalau di kota-kota itu seperti hanya khutbah pada orang yang sudah beriman,” kata Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta itu.
Orang yang tidak mendapatkan akses internet, menurut Saiful, umumnya adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih rendah serta tinggal di perdesaan. Mereka ini juga tidak terjangkau oleh sosialisasi luar ruang. (ari)