Oleh : Denny JA
Mengingat taman dalam hubungannya dengan puisi, saya mulai dengan pidato Martin Luther King.
Saat itu, tahun 1963, 60 tahun lalu, Martin menyatakan pidatonya yang sangat terkenal: I Have a Dream. Ini pidato yang tak hanya puitis, tapi juga ikut mengubah wajah hak asasi manusia.
“Saya bermimpi,” ujar Martin Luther King, “suatu hari kelak, manusia tidak dinilai dari warna kulitnya. Tapi mereka dinilai dari karakter dan perilakunya.”
“Saya bermimpi,” tegas Martin Luther King, “pada waktunya, anak-anak kulit hitam dan kulit putih duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi di meja kemanusiaan.”
Pidato ini ikut menyulut bangkitnya civil right movement, yang menghentikan diskriminasi atas kulit hitam.
Di tahun 2009, 46 tahun kemudian, seorang kulit hitam terpilih menjadi presiden di Amerika Serikat. Padahal populasi kulit hitam di sana hanya 13 persen. Obama hanya mungkin menjadi presiden jika didukung oleh jauh lebih banyak kulit putih.
Hebatnya sebuah pidato. Ikut memberi api perjuangan untuk mengubah sejarah.
Saya membaca media Smithsonian Magazine 2017 membuat analisis. Betapa pidato terkenal I Have a Dream itu dipengaruhi oleh puisi. Yang menginspirasi tokoh pergerakan bernama Martin Luther King adalah puisi.
Puisi itu berjudul: A Dream Deffered: mlmpi yang tertunda. Puisi ini ditulis tahun 1951, 12 tahun sebelum pidato Martin Luther King.
Martin Luther King sendiri menulis surat kepada Langstone: “Tak terhitung lagi, berapa kali aku membaca puisi- puisimu, di banyak tempat dan waktu yang berbeda.” (1)
Penulis puisi a Dream Deffered adalah Langstones Hughes (1901-1967). Ia dewasa di kota New York.
Langstone diceritakan sering menghabiskan waktu di taman, terutama Central Park. Di taman itu, ia membaca buku, mendapatkan inspirasi dan menulis puisi.
Di taman itu tercipta puisi, yang ternyata ikut memberi inspirasi sebuah pidato gerakan sosial.
Sejak dulu, taman juga sudah menjadi pusat budaya. Di era Romawi diceritakan para filsuf, politisi dan penyair sering berjumpa di taman.
Di taman, mereka diskusi tak hanya soal puisi dan filsafat hidup. Tapi mereka juga mendiskusikan masalah yang dihadapi masyarakat.
Marcus Tullius Cicero (106-43 sebelum masehi) seorang negarawan dan pemikir terkemuka Romawi kala itu. Ia menyatakan, “jika kau memiliki akses ke perpustakaan dan taman, kau punya akses ke segala hal yang dibutuhkan pikiranmu.”
Karena itu saya menyambut baik inisiatif Satupena Jakarta untuk menghidupkan kembali membaca puisi di taman.
Ini tradisi yang perlu kita hidupkan kembali. Kita kembalikan taman ke asalnya, sebagai simpul kebudayaan.
Selamat pula untuk Satupena Jakarta yang melaunching buku bersama esai soal Taman Ecopark Tebet. Ini buku yang unik karena semua tulisan membahas soal suasana di taman saja.
Di tahun 2016, Central Connectitute State University di Amerika Serikat membuat riset. Dari 61 negara yang diteliti, Indonesia terburuk no 2 di dunia soal kegiatan literasi. Di bawah Indonesia hanya negara Afrika: Bostwana. (2)
Kegiatan sastra dan budaya di ruang publik harus kita gairahkan kembali. Kita ingin Indonesia tak hanya maju dari sisi perdagangan dan politik. Tapi Indonesia juga maju dari sisi budaya.
Persoalan budaya itu terlalu besar jika hanya diserahkan kepada pemerintah. Masyarakat harus juga ikut menghidup-hidupkan budayanya sendiri.
Membaca puisi di taman itu menjadi langkah yang sesuai dengan tujuan itu, tak pedull seberapun besar dan kecil efeknya bagi gerakan literacy. Itu arah yang benar.
Kita serukan kepada semua yang peduli, dari Aceh sampai Papua. Bersama kita hangatkan kembali taman- taman kota dengan puisi, dengan sastra, dan budaya.
(Transkripsi dari pidato lisan Denny JA membuka acara baca puisi di taman Eco Park Tebet, 11 Maret 2023).
CATATAN
1. Pidato terkenal I Have a Dream Martin Luther King juga dipengaruhi oleh puisi dari Langstone Hughes: A Dream Deffered.
https://www.smithsonianmag.com/smart-news/how-langston-hughess-dreams-inspired-mlks-180961929/
2. Riset Central Connectitute State University bahwa kualiatas literacy di Indonesia nomor 2 terburuk dari 61 negara yang diteliti.
https://www.thejakartapost.com/amp/news/2016/03/12/indonesia-second-least-literate-61-nations.html
*Penulis adalah Konsultan Politik, Founder LSI-Denny JA, Penggagas Puisi Esai, Sastrawan, dan Penulis Buku.